Nama : WAHYU ADI
PURNOMO
NPM : 38411454
Kelas : 4ID01
Asas-asas Ilmu Lingkungan
Ilmu lingkungan yang sudah
berkembang dan banyak mengeluarkan hasil, model dan teori yang semakin
meningkat jumlahnya harus didasari oleh asas yang kokoh dan kuat. Berikut ini
adalah asas-asas ilmu lingkungan yang akan dijelaskan lebih detail.
a. Asas 1
Semua energi yang memasuki sebuah
organisme hidup populasi atau ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang
tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk
yang lain, tetapi tidak dapat hilang, diciptakan dan dihancurkan.
Asas
ini menerangkan bahwa energi dapt diubah-ubah, dan semua energi yang memasuki
jasad hidup, populasi atau ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang
tersimpan atau terlepaskan, sehingga sistem kehidupan dapat dianggap sebagai
pengubah energi.
b. Asas 2
Tak ada sistem pengubahan energi yang
betul-betul efisien
Asas
ini sama dengan hukum termodinamika kedua yang banyak dipakai dan berlaku dalm
fisika. Energi tak pernah hilang dari alam raya, tetapi energi tersebut akan
terus diubah ke dalam bentuk yang kurang bermanfaat. Misalnya hewan mengambil
energi dalam bentuk makanan yang padat dan bermanfaat, tetapi panas yang keluar
dari tubuh hewan karena lari, terbang atau berenang terbuang tanpa guna. Oleh
karena itu pemakaina energi yang sebaik-baiknya oleh jasad hidup merupakan
suatu hal yang sangat penting.
c. Asas 3
Materi energi, ruang, waktu dan
keanekaragaman, semuanya termasuk kategori sumber alam.
Perubahan
energi oleh sistem biologi berlangsung pada kecepatan yang sebanding dengan
adanya materi dan energi di alam lingkungannya. Tetapi apakah ruang juga dapat
digolongkan sebagai sumber alam ? Kalau ruang begitu sempit bagi suatu populasi
yang tinggi kepadatannya, ada kemungkinan terjadinya gangguan terhadap proses
pembiakan. Tetapi, sebalinya ruang yang terlalu luas berakibat jarak antara
individu dalam sebuah populasi menjadi terlalu jauh. Ruang juga dapat
memisahkan jasad hidup dari sumber bahan makanan yang dibutuhkannya, yang jauh
dekatnya menentukan perkembangan populasi jasad hidup itu. Oleh karena itu,
pengaruh ruang secara asas adalah beranalogi dengan materi dan energi sebagai
sumber alam.
Waktu
sebagai sumber alam juga tidak merupakan besaran yang berdiri sendiri. Misalnya
seekor singa sering harus menahan lapar yang cukup lama dalam melakukan
pengintaian, sebelum berhasil menerkam mangsanya. Jadi, itu semua bergantung
pada adanya cukup waktu dan energi untuk menempuh jarak antara tempat semula
dan tempat tujuan.
Keanekaragaman
disebut juga sumber alam. Semakin beranekaragam jenis makanan suatu spesies
makin berkurang bahanya bagi spesies itu menghadapi perubahan lingkungan uang
dapat memusnahkan sumber makanannya. Sebaliknya, suatu spesies yang hanya
memakan satu jenis makanan akan mudah terancam bahay kelaparan, meskipun
makanannya musnah oleh sebab yang terjadi pada lingkungannya.
d. Asas 4
Untuk semua kategori sumber alam, kalau
pengadaannya sudh mencapai optimum, pengaruhunit kenaikannya sering menurun
dengan penambahan sumber alam itu sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui
batas maksimum ini tak akan ada pengaruh yang menguntungkan lagi.
Untuk semua kategori sumber alam (kecuali
keanekaragaman dan waktu) kenaikan pengadaannya yang melampaui batas maksimum,
bahkan akan berpengaruh merusak karenakeracunan ini adalah asas penjenuhan.
Untuk banyak gejala sering berlaku kemungkinan penghancuran yang disebabkan
oleh pengadaan sumber alam yang sudah mendekati batas maksimum.
Dalam asas diatas tekandung arti, bahwa
pengadaan sumber alam mempunyai batas optimum yang berarti pula batas maksimum,
maupun batas minimum pengadaan sumber alam akan mengurangi daya kegiatan sistem
biologi. Karena poengadaan sumber alam bagi suatu populasi, maka naik turunnya
jumlah individu populasi itu bergantung pula kepada pengadaan sumber alam itu
pada suatu jumlah tertentu.
e. Asas 5
Ada dua jenis sumber alam dasar, yaitu
sumber alam yang pengadaannya dapat merangsang penggunaaan seterusnya, dan yang
tak mempunyai daya rangsang penggunaan lebih lanjut.
Contoh: suatu jenis hewan sedang mencari
berbagai sumber bahan makanan, kemudian diketahui suatu jenis makanan tiba-tiba
menjadi sangat banyak jumlah di alam, maka hewan tersebut akan memusatkan
perhatiannya kepada penggunaan jenis makanan tersebut. Jadi, kenaikan pengadaan
sumber alam (makanan) merangsang kenaikan pendayagunaannya.
f. Asas 6
Individu dan spesies yang mempunyai lebih
banyak keturunan daripada saingannya cenderung berhasil mengalahkan saingannya.
Umumnya,
suatu spesies atau komunitas yang dapat bertahan dalam suatu keadaan lingkungan
tertentu, ialah yang dalam keseimbangan alam secara keseluruhan mempunyai daya pembiakan yang lebih tinggi
daripada spesies atau komunitas yang ingin mencoba menguasai lingkungan
tersebut. Kalau kemudian keadaan lingkungan berubah, maka spesies lain yang
lebih adaptif daripada spesies yang sudah ada sebelumnya, yang akan dapt
bertahan.
g. Asas 7
Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi
di alam lingkungan yang mudah diramal.
Ialah
adanya keteraturan yang pasti pada pola faktor lingkungan dalam periode yang
relatif lama. Lingkungan yang stabil
secara fisik merupaka sebuah lingkunga yang terdiri atas banyak spesies. Dari
yang umum hingga yang jarang dijumpai. Keadaan iklim yang stabil sepanjang
waktu yang lama sekali tidak saja akan melhirkan keanekaragaman spesies yang
tinggi, tetapi juga akan menimbulkan kenekaragaman pola penyebaran kesatuan populasi.
h. Asas 8
Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak
oleh keanekaragaman takson, bergantung kepada bagaimana niche dalam lingkungan
hidup itu dapat memisahkan takson tersebut.
Kelompok
taksonomi tertentu dari suatu jasad hidup ditandai oleh keadaan lingkungannya
yang khas (niche), tiap spesies mempunyai niche tertentu. Spesies dapat hidup
berdampingan dengan spesies lain tanpa persaiangan, karena masing-masing
mempunyai keperluan dan fungsi yang berbeda di alam.
Pada
asas ini menyatakan bahwa setiap spesies mempunyai nicia tertentu, sehingga
spesies-spesies tersebut dapat berdampingan satu sama lain tanpa berkompetisi,
karena satu sama lain mempunyai kepentingan
dan fungsi yang berbeda di alam. Tetapi apabila ada kelompok taksonomi
yang terdiri atas spesies dengan cara makan serupa, dan toleran terhadap
lingkungan yang bermacam-macam serta luas, maka jelas bahwa lingkungan tersebut
hanya akan ditempati oleh spesies yang keanekaragamannya kecil.
i. Asas 9
Keanekaragaman komunitas sebanding
dengan biomassa dibagi produktivitas.
T
= K x (B/P) ; D ≈ T
T
= waktu rata-rata penggunaan energi
K
= koefisien tetapan
B
= biomassa
P
= produktivitas
D
= keanekaragaman
Asas
ini mengandung arti, bahwa efisiensi penggunaan aliran energidalam sistem
biologi akan meningkat dengan meningkatnya kompleksitas organisasi sistem
biologi dalam suatu komunitas. Pada asas ini menurut Morowitz (1968) bahwa
adanya hubungan antara biomassa, aliran energi dan keanekaragaman dalam suatu
sistem biologi.
j. Asas 10
Pada lingkungan yang stabil
perbandingan antara biomasa dengan produktivitas (B/P) dalam perjalanan waktu
naik mencapai sebuah asimtot.
Sistem
biologi menjalani evolusi yang Mengarah kepada peningkatan efisiensi penggunaan
energi dalam lingkungan fisik yang stabil, dan memungkinkan berkembangnya
keaneka-ragaman.
Dalam
asas ini dapat disimpulkan bahwa sistem biologi mengalami evolusi yang mengarah
kepada peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang
stabil, yang memungkinkan berkembangnya keanekaragaman. Dengan kata lain kalau
kemungkinan produktivitas maksimum sudah ditetapkan oleh energi matahari yang
masuk kedalam ekosistem, sedangkan keanekaragaman dan biomassa masih dapat
meningkat dalam perjalanan waktu, maka jumlah energi yang tersedia dalam sistem
biologi itu dapat digunakan untuk menyokong biomassa yang lebih besar. Apabila
asas ini benar, maka dapat diharapkan bahwa dalam komunitas yang sudah
berkembang lanjut pada proses suksesi, rasio biomassa produktivitas akan lebih
tinggi bila dibandingkan dengan komunitas yang masih muda. Pada kenyataan di
alam memang demikian, sebab spesies bertambah, dan ditemukan pula tumbuhan
berkayu sehingga diperoleh stratifikasi.
Implikasi
dari asas ini bahwa sebuah komunitas dapat dibuat tetap muda buatan lahan pertanian dengan jalan mengambil
daun-daunannya untuk makanan hewan.
k. Asas 11
Sistem yang sudah mantap (dewasa) akan
mengekploitasi yang belum mantap (belum dewasa).
Ekosistem,
populasi atau tingkat makanan yang sudah dewasa memindahkan energi, biomasa, dan keanekaragaman dari tingkat
organisasi yang belum dewasa. Dengan kata lain, energi, materi, dan
keanekaragaman mengalir melalui suatu kisaran yang menuju ke arah organisasi
yang lebih kompleks. (Dari subsistem yang rendah keanekara-gamannya subsistem
yang tinggi keanekaragamannya).
Arti
dari asas ini adalah pada ekosistem,
populasi yang sudah dewasa memindahkan
energi, biomassa, dan keanekaragaman tingkat organisasi ke arah yang belum
dewasa. Dengan kata lain, energi, materi dan keanekaragaman mengalir melalui
suatu kisaran yang menuju ke arah organisasi yang lebih kompleks, atau dari
subsistem yang lebih rendah keanekaragamannya ke subsistem yang lebih tinggi
keanekaragamannya
l. Asas 12
Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau
tabiat bergantung pada kepentingan relatifnya dalam keadaan suatu lingkungan.
Populasi
dalam ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan
lingkungan fisikokimia dibandingkan dengan populasi dalam ekosistem yang sudah
mantap. Populasi dalam lingkungan dengan kemantapan fisiko kimia yang cukup
lama, tak perlu berevolusi untuk meningkatkan kemampuannya beradaptasi dengan
keadaan yang tidak stabil.
Asas
ini merupakan kelanjutan dari asas 6 dan 7. Apabila pemilihan (seleksi)
berlaku, tetapi keanekaragaman terus meningkat di lingkungan yang sudah stabil,
maka dalam perjalanan waktu dapat diharapkan adanya perbaikan terus-menerus
dalam sifat adaptasi terhadap lingkungan. Jadi, dalam ekosistem yang sudah
mantap dalam habitat (lingkungan ) yang sudah stabil, sifat responsive terhadap
fluktuasi faktor alam yang tak terduga ternyata tidak diperlukan. Yang
berkembang justru adaptasi peka dari perilaku dan biokimia lingkungan sosial dan
biologi dalam habitat itu. Evolusi pada lingkungan yang sukar ditebak perubahan
faktor alamnya cenderung memelihara daya plastis anggota populasi. Sedangkan
evolusi pada lingkungan yang mantap, beranekaragam secara biologi cenderung
menggunakan kompleksitas itu untuk bereaksi terhadap kemungkinan beraneka-macam
perubahan.
Implikasi
dari asas ini bahwa sesungguhnya tidak ada sebuah strategi evolusi yang terbaik
dan mandiri, semua tergantung pada kondisi lingkungan fisik. Kesimpulannya
bahwa populasi pada ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap
perubahan lingkungan fisikokimia dibandingkan dengan populasi pada ekosistem yang sudah mantap.
m. Asas 13
Lingkungan yang secara fisik mantap
memungkinkan terjadinya penimbunan keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang
mantap, yang kemudian dapat menggalakkan kemantapan populasi lebih jauh lagi.
Asas
ini merupakan penjabaran dari asas 7, 9 dan 12. Pada komunitas yang mantap,
jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat, sehingga apabila
terjadi suatu goncangan pada salah satu jalur, maka jalur yang lain akan
mengambil alih, dengan demikian komunitas masih tetap terjaga kemantapannya.
Apabila kemantapan lingkungan fisik merupakan suatu syarat bagi keanekaragaman
biologi, maka kemantapan faktor fisik itu akan mendukung kemantapan populasi
dalam ekosistem yang mantap dan komunitas yang mantap mempunyai umpan-balik
yang sangat kompleks. Disini ada hubungan antara kemantapan ekosistem dengan
efisiensi penggunaan energi.
n. Asas 14
Derajat pola keteraturan naik-turunnya
populasi tergantung pada jumlah keturunan dalam sejarah populasi sebelumnya
yang nanti akan mempengaruhi populasi
itu.
Asas
ini merupakan kebalikan dari asas ke 13, tidak adanya keanekaragaman yang
tinggi pada rantai makanan dalam ekosistem yang belum mantap, menimbulkan
derajat ketidakstabilan populasi yang tinggi.
Ciri-Ciri
Lingkungan/ Komunitas yang Mantap:
•
Jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat (banyak)
•
Lingkungan fisik mantap (mudah“diramal”)
•
Sistem control umpan balik (feedback) komunitas sangat kompleks
•
Efisiensi penggunaan energi
•
Tingkat keanekaragaman tinggi
Sumber:
Santoso,
Budi, 1999, “Ilmu Lingkungan Industri”,
Universitas Gunadarma, Jakarta.
Soeriatmadja,RE.
1981 . “Ilmu Lingkungan”. Bandung: ITB