Sabtu, 17 Desember 2011

TUGAS IBD 3(MANUSIA DAN PENDERITAAN)


MANUSIA DAN PENDERITAAN



1.  MAKNA PENDERITAAN

Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin.
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidalmya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenilcmatan dan kebahagiaan.

2. MAKNA SIKSAAN

Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, sadisme, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah. Sepanjang sejarah, siksaan telah juga digunakan sebagai cara untuk memaksakanpindah agama atau cuci otak politik.Penyiksaan hampir secara universal telah dianggap sebagai pelanggaran berat hak asasi manusia, seperti dinyatakan Deklarasi Hak Asasi Manusia. Para penandatangan Konvensi Jenewa Ketiga dan Konvensi Jenewa Keempat telah menyetujui untuk tidak melakukan penyiksaan terhadap orang yang dilindungi (penduduk sipil musuh atau tawanan perang) dalam suatu konflik bersenjata. Penanda tangan UN Convention Against Torture juga telah menyetujui untuk tidak secara sengaja memberikan rasa sakit atau penderitaan pada siapapun, untuk mendapatkan informasi atau pengakuan, menghukum, atau memaksakan sesuatu dari mereka atau orang ketiga. Walaupun demikian, organisasi-organisasi seperti Amnesty International memperkirakan bahwa dua dari tiga negara tidak konsisten mematuhi perjanjian-perjanjian tersebut.


3.MAKNA RASA SAKIT

Taukah anda kalau ada seseorang yang sampai memerlukan obat penghilang rasa sakit hanya untuk sekedar duduk dikursi dokter gigi karena sudah ketakutan membayangkan rasa sakit yang akan dialaminya ketika giginya ditambal, dan bagaimana mungkin para pemain rugby dapat terus bertanding meski dengan tulang lengan yang patah.
Lorimer Moseley seorang pengajar di Sydney University telah bertahun-tahun mempelajari masalah seperti ini, dalam proyek penelitiannya yang terbaru, moseley dan rekannya menemukan kalau ukuran luka pada anggota badan yang sakit dapat mempengaruhi persepsi mengenai rasa sakit itu. Jadi dalam uji cobanya mereka melakukan uji coba pada 10 orang dengan keluhan yang sama yaitu luka memar dilengan, sebagian luka tersebut dibuat seakan-akan terlihat parah akibatnya pasien merasa sakit menjadi lebih kuat, sedang sebagian pasien yang lukanya direkayasa hingga tidak terlalu terlihat bengkak, pasien merasa tidak terlalu sakit lagi. hal ini menjelaskan bahwa otak menanggapi masukan dan bertindak sesuai dengannya.
Jadi, kalau kepala anda terbentur keras, jangan melihat kecermin dan terpana dengan pembengkakan yang terjadi, agar tidak terasa sakit pikirkan tidak ada pembengkakan sama sekali


4. SUMBER PENDERITAAN

Setiap orang selalu berharap kebahagiaan di dalam kehidupan keluarganya langgeng, abadi, sehingga terkadang lupa hidup berkeluarga pada suatu hari nanti akan meninggalkan atau ditinggalkan oleh pasangan hidupnya karena kematian ataupun perpisahan yang kita mengenal dengan istilah 'perceraian.' Kehilangan teman hidup karena kematian ataupun perpisahan merupakan pengalaman yang menimbulkan luka perih dihati yang cukup dalam sekaligus menghancurkan kondisi kejiwaan. Kehilangan dalam suatu perkawinan menimbulkan rasa sakit & kesedihan pada saat menyertai kepergian sosok orang kita cintai. Berbagai perubahan secara fisik, kejiwaan, ekonomi, harga diri, kesehatan, kerabat & keluarga bahkan status di FB merupakan beban tersendiri bagi mereka yang mengalaminya. Beban itu menjadi terasa lebih berat karena adanya perasaan bersalah, kegagalan, hilangnnya harapan di masa depan.
Proses pemulihan diri tidaklah mudah, seringkali adanya hambatan dalam berbagai segi yang lain terlebih jika seseorang harus berjalan seorang diri. Rasa sakit yang diderita karena perpisahan adalah sama dengan kehilangan pasangan hidup karena kematian. Terutama kematian itu datang begitu sangat mendadak dan tiba-tiba tanpa diduga sebelumnya. Rasa sakit itu melanda setiap orang yang pernah, sedang atau akan mengalami kehilangan orang yang dicintainya. Meski cara kehilangan berbeda-beda, derita yang ditimbulkannya, keterasingan & kesepian tetap saja dirasakannya karena dalam masyarakat masih menganggap hidup berpasangan sebagai kehidupan keluarga ideal menyebabkan proses pemulihan & penyesuaian diri sama sulitnya bagi mereka yang kehilangan pasangan hidupnya karena kematian atau perpisahan.

5. UPAYA UNTUK MENGHINDARI PENDERITAAN

Penderitaan jiwa, berat maupun ringan, sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia di zaman modern ini. Sadar atau tak sadar, banyak orang merasakan penderitaan dan rintihan dalam batinnya. Terhibur dalam keramaian tapi gelisah dalam kesendirian, menjerit dalam kesunyian, menemukan orang yang tepat untuk curhat sulit, orang tua tidak mengerti. Problem ini dirasakan termasuk oleh orang-orang yang taat menjalankan kehidupan ritual agamanya sehari-hari. Dalam keramaian seperti tak ada masalah, ceria, riang dan gembira, tapi dalam kesendirian dan kesunyian, batinnya menjerit karena masalah tak hilang-hilang, beban perasaan terasa berat, stres oleh pekerjaan yang menumpuk, jodoh tak kunjung datang, uang dan materi berlimpah tapi tak ada ketenangan hidup, makanan banyak tapi tak ada kenikmatan dst. Akhirnya, tak betah di rumah, asing dengan diri sendiri, hidup merasa tak bermakna. Kebahagiaan tidak tahu entah ada dimana.
Apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah seperti ini? Umumnya kita melakukan tiga berikut ini: Pertama, refresing dalam berbagai bentuknya seperti rekreasi, hiburan, nonton, olah raga, jalan-jalan, kumpul-kumpul, nongkrong di café, belanja menghabiskan waktu dan uang. Kedua, menyibukkan diri dalam berbagai aktifitas yang diharapkannya bisa melupakan problem-problem hidupnya untuk sementara. Ketiga, menghukum dirinya dengan duduk berjam-jam depan komputer menghabiskan waktu dengan main game, chatting atau yang paling populer sekarang, fesbukan. Ditulislah status-status yang berisi kalimat-kalimat indah, puisi atau curhat yang mengkespresikan penderitaan jiwa yang sedang dialaminya: tentang kehampaan hidup, ketiadaan cinta, kesendirian, kekecewaan dan lain-lain. Dengan cara-cara itu ia berharap penderitaannya akan berkurang atau hilang. Tapi kenyataan tidak, masalah tetap saja muncul dan muncul lagi. Mengatasi penderitaan jiwa kepada aktivitas-aktivitas hiburan seperti itu karena kebingungannya harus bagaimana dan melakukan apa. Masalah tetap saja lestari. Akhirnya, tindakan menjadi salah kaprah. Yang menderita jiwa, yang diobatinya fisik. Sumber masalahnya dalam batin, tapi yang kita lakukan tindakan-tindakan lahir. Yang merasakannya hati tapi jawabannya adalah fikiran atau tindakan-tindakan rasional. Ibaratnya, motor rusak dibawa ke puskesmas, sakit gigi datang ke bengkel, demam pergi ke tukang jahit. Akhirnya, masalah tidak hilang-hilang!
Mengatasi penderitaan jiwa dengan bentuk-bentuk hiburan tidak akan menyelesaikan apa yang sedang kita rasakan. Yang kita dapatkan dari hiburan hanyalah kegembiraan atau kesenangan sesaat yang ketika pulang ke rumah atau kembali pada kesendirian, derita-derita itu datang lagi. Begitulah seterusnya. Karena sudah menjadi sistem kesadaran yang berlangsung lama, akhirnya penderitaan muncul terus-menerus. Di hadapan orang, mungkin penderitaan itu bisa kita sembunyikan, kita seolah biasa-biasa saja, tapi hati tidak bisa dipungkiri apalagi saat-saat menyendiri. Derita-derita itu sungguh sangat menyiksa.





Sumber :
  1. http://danupermadi.blogspot.com/2011/05/blog-post_30.html
  2. http://id.wikipedia.org/wiki/Siksaan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar